Halaman

Kamis, 29 November 2012

Negaraku tak Mengerti Demokrasi


Ku ungkit negaraku dulu, tahun 1998 disaat Indonesiaku masih di bungkam oleh pemerintahan yang otoriter. Indonesiaku di kelilingi rasa ketakutan bahkan kesedihan yang begitu mendalam di seluru warga bangsa Indonesia dan luka mereka tersembunyi di dalam tubuh mereka dan mendarah daging. Meskipun aku tak tahu kejadiannya pasti, aku bisa merasakan apa yang mereka alami dijaman otoriter dulu. Aku beuntung bisa tahu dan mengerti sejarah tentang Indonesiaku ini, sehingga aku bisa menghargai orang dulu yang tak mudah, tak cepat, dan tak menyerah untuk merebut demokrasi yang tak kunjung datang menyelamatkan mereka.

Meskipun merebut demokrasi tak semudah membalikkan tangan, tak semalam saja, bahkan ada mahasisiwa yang rela mati untuk demokrasi. Mereka dulu berjuang dan berjuang untuk kehidupan yang nyaman dan bahagia. Aku bangga dengan aksi mahasisiwa trisakti yang begitu gagah melawan pemerintahan otoriter. Saat itu kerusuhan di mana-mana dan pemerintah melawan warganya sendiri, seharusnya pemimpin negara bukan menyerang warganya sendiri melaikan mengayomi dan melindungi serta memfasilitasi semua warganya. Tapi saat itu tak ada tindakkan seperti itu, warga selalu dibungkam, dipaksa, dan dirampas hak untuk beraspirasi oleh sosok pemimpin orde baru.

Tetapi akhirnya pemerintahan otoriter kalah dan demokrasipun di dapat oleh warga Indonesia tahun 1998, dan pemerintahan tak lagi ditentukan oleh satu orang atau sekelompok orang melainkan semua orang ikut dalam memutuskan, memilih dan berpendapat untuk bangsa Indonesia ini. Merubah pemerintahan yang demokrasi itu membutuhkan waktu yang tak singakat dan sebaiknya kita menjaga dan menjalankan demokrasi dengan sebaik mungkin. Demokrasi ialah tatanan yang dimana pemerintah harus adil dan jujur untuk menata negara ini, serta sesama warga negara Indonesia harus saling menghargai ras, agama, dan gender. Serta pemerintah dan warganya juga harus menaati hukum yang telah ditetapkan, dan yang dipilih oleh seluruh warga Indonesia ialah mempunyai hak untuk mengatur dan memimpin negara ini, yakni seorang Presiden.

Sekarang dijamanku  ditahun 2012 aku akan mengikuti pemerintahan ini, tapi 14 tahun lamanya pemerintahan demokrasi berjalan kita masih saja tak bisa menjalankan pemerintahan demokrasi yang seutuhnya. Kurangnya rasa demokrasi pada warga Indonesia baik warga dan pemerintahannya. Warga masih saja  ada yang membeda-bedakan ras dan kebudayaan orang lain. Pemerintah terkadang tak adil dan tak jujur dalam menjalankan pemerintahannya, contonya masih saja ada korupsi yang merajalela di Indonesia ini. Bahkan sampai tingkat daerah dan sekolah terkadang ada yang mengkorupsi.

Hukum yang selama ini selalu dibuat dan diperbarui menjadi tak bermakna lagi karena pemerintah tak bisa menghargai hukum yang telah dibuatnya. Mengapa hukuman orang biasa lebih berat ketimbang orang tinggi atau orang yang banyak uang? Padahal kenyataanya kejahatan yang dilakukan tidak sebanding dengan hukumannya. Apakah ini adil ? “TIDAK”.

Benar demokrasi ialah mengungkapkan semua pendapat atau aspirasi, tetapi warga sekarang ini terlalu mensalahgunakan arti demokrasi. Demo yang sekarang ini terlalu ugal-ugalan dan urakkan. Demo yang sekarang bukan karena ada masalah, atau ketidakpuasan terhaddap pemerintah, akan tetapi ada persaingan politik yang membuat warga di suruh untuk berdemo sehingga menjatuhkan pemerintahan yang sekarang ini.

Selain itu warga masih saja ada yang tak peduli dengan pemilihan calon pemimpin atau Presiden. Golongan putih (golput)  yang tak memilih  masih saja ada, padahal pemerintah telah melaksanakan apa yang di inginkan warganya dulu yakni pemerintahan yang demokrasi. Tapi ini tidak dijalankan oeh warga negara yang sekarang ini, ternyata usaha warga jaman dulu sia-sia padahal mereka sudah rela saki-sakitan bahkan rela mati di tangan pemimpin mereka demi merebut demokrasi. apakah negaraku ini bisa dianggap dan disebut negara yang demokrasi ?..........

Ternyata negaraku belum demokrasi dan negaraku masih tak bisa mengartikan apa arti demokrasi itu dan sekarang marilah pemudah-pemudi bangsa kita ciptakan arti DEMOKRASI sesungguhnya di Indonesia ini. 

Keluargaku Pahlawanku


Ketika mata ini terbuka kulihat sosok beberapa orang yang menyambut kedatanganku di dunia ini. Kubersyukur telah terlahir di dunia ini, terlahir di keluarga yang begitu taqwa kepada-Mu serta begitu baik dengan ciptaan-Mu yang lainnya. Didunia ini, keluarga ini membimbingku, mengasihiku, dan menyayangiku dari kecil hingga diriku menjadi sosok wanita yang baik. Seandainya ku tak dilahirkan di keluarga ini aku tak akan menjadi sosok seperti sekarang ini.

Ada orang yang menimangku, mengurusiku, mengasihiku, mengajariku berbicara, berjalan dan mengajari cara menjalani kehidupan ini dengan baik, dia kupanggil “Ibu”. Dia selalu ada buatku, setiap aku jatuh atau bersedih dia selalu menghapus air mataku. Ketika diri ini mulai tak benar dia selalu mengingatkanku. Oohhh... Ibu apa jadinya diri ini jika engkau pergi meninggalkanku? “tapi aku tak mau dipisahkan dengan ibuku”.

Tak bisa ku bayangkan jika ibuku pergi, meskipun Engkau yang memanggilnya. Aku selalu menyayanginya, mengasihinya, mencintainya meskipun terkadang omelan-omelan terlontar didiri ini. Meskipun terkadang merasa sakit hati ini dan benci, sesungguhnya aku sayang padamu bu...!! aku tau omelan-omelan itu untuk mendidiku, membimbingku kejalan yang indah, baik dan lurus. setiap hari setiap saat tak bisa aku tak memanggil-manggil nama ibu. Jangan kau panggil ibuku yaAllah. Aku berjanji tak akan kusia-siakan dia, karena dia berharga buatku.

Orang ini terkadang jarang untuk ditemukan, tetapi disaat dia ada waktu luang dia pasti kan memanjakan anak-anaknya. Dialah ayah, dia adalah sosok pemimpin keluargaku dia juga pelindung keluarga ini. Dia juga pembimbingku dan pembelaku, ketika diri ini salah kepadanya, aku tak mau mengakuinya. Terkadang diri ini meremehkannya, maafkan anakmu ini Ayah....!!! aku menyanyanimu ayah. Kamu juga berarti dalam hidup ini yah. Tanpamu keluarga ini tak bisa jalan.

Setiap hari kau keluarkan tenagamu, fikiranmu dan keringatmu berjam-jam hanya untukku dan keluarga ini, tanpa kau fikirkan lelah dan bosan. Kau tak bosan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi sosok wanita yang dewasa, bertahun-tahun kau tak ada kata bosan. Meskipun hujan, panas, dingin kau tetap bekerja demi untuk keluarga ini. Berilah selalu kesehatan untuknya yaAllah, jaga dia selalu disaat dia mencari rizkimu untuk membangun keluarga kecil ini.

Dan Allah selalu sayang padaku, terimakasi engkau tlah jadikanku seorang yang terkecil di keluarga ini, sehingga semua menjagaku dan melindungiku. Kakaku sangat menyayangiku meskipun terkadang kita saling bertengkar tapi sebenarnya aku juga menyayanginya serta mengasihinya. Tapi ketika aku merasa kesulitan dia selalu membantuku dan mengajariku. Bersyukur diriku di beri saudarah sebaik dia di dunia ini. Keluargaku sangat berjasa untuk buatku hidup di dunia yang penuh lika-liku ini. Pahlawan adalah orang-orang yang berjuang untuk membela negara, orang yang rela darahnya ditukar dengan kedamaian dan ketentraman dinegara ini. Berjuang untuk anak cucunya tetap bisa hidup bahagia. Pahlawan kau sangat berjasa untukku... !! 

Tetapi  pahlawan bukan hanyalah orang yang membela negara, tapi bagiku pahlawan juga orang yang membela keluarga dan orang yang berusaha dan berjuang demi anak-anaknya, untuk menjadikan anaknya seorang yang patuh di jalan-Mu. Orang tuaku adalah Pahlawanku, jasa-jasamu akan ku hargai. Berilah selalu kesehatan padanya sehingga meraka dapat terus menjagaku dan melindungiku di dunia yang fana ini. Aku selalu menyayaninya semoga diri ini bisa menjadi sosok seperti dirinya, menjadi Pahlawan untuk keluargaku kelak. Amin....